Jumat, 27 Juni 2014

SIAK, KOTA WISATA SEJARAH DAN BUDAYA MELAYU


Kota Siak Sri Indrapura, begitu tenang. Jalanan di ibukota Kabupaten Siak, Provinsi Riau ini, terasa lengang. Namun dibalik ketenangannya, tersimpan jejak peninggalan bersejarah. Untuk mencapai Siak, hanya membutuhkan dua jam perjalanan dengan mobil dari Kota Pekanbaru. Dulunya, Siak Sri Indrapura adalah pusat pemerintahan Kerajaan Siak. Sebuah kerajaan Melayu Islam terbesar di Daratan Riau. Di kota inilah, kita bisa melihat situs peninggalan sejarah dan merasakan peradaban budaya Melayu. 

Istana Kerajaan Siak. (foto: Zacky)

Istana Kerajaan Siak, adalah salah satu peninggalan yang masih terjaga. Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak, Said Muzani, kepada Radio DMWS menceritakan, Istana Kerajaan Siak dibangun pada tahun 1889, saat kepemimpinan Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin atau Sultan Siak XI. Beliau adalah ayah dari Sultan Syarif Kasim II, yang namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara di Pekanbaru. Oleh arsitek asal Jerman, Istana Siak dibangun dengan arsitektur  Eropa, Arab, dan Melayu. Perpaduan ini menjadikan Istana Siak terlihat megah, kokoh dan anggun.

Istana Siak bernama Istana Asseraiyah Al Hasyimiah dan disebut juga Istana Matahari Timur. Terletak di pusat Kota Siak Sri Indrapura. Istana dibangun menghadap ke Sungai Siak. Walaupun usia istana ini sudah seratus tahun lebih, bangunan dengan dua lantai ini masih kokoh dan terawat dengan baik. Kemegahan dan kejayaan Kerajaan Siak, terlihat saat berada di dalam istana. Lantai istana menggunakan marmer. Pada beberapa bagian dinding dan tiang istana dihiasi keramik bermotif seperti batik. Semuanya dipesan dari Perancis.

Ruang pertemuan Sultan. (foto:Zacky)
Pada ruangan depan dibuatkan diorama atau dekor teater. Diorama ini menggambarkan Sultan sedang bermusyawarah dengan empat orang datuk perwakilan dari empat suku. Ruangan di bagian kanan istana adalah ruang pertemuan sultan. Tampak meja panjang dengan deretan kursi kayu beralaskan beludru merah. Di bagian kepala meja ada kursi singgasana Sultan yang bersepuh emas. Jamuan makan juga dilaksanakan pada ruangan ini.

Tak jauh dari tempat ini tersimpan Komet. Kotak musik sejenis gramofon buatan Jerman abad ke delapan, yang berisi instrumen musik klasik karya komponis terkenal seperti Bethoveen, Mozart, dan Strauss. Komet ada dua di dunia. Satu di Jerman dan satunya lagi di Indonesia, tepatnya di Istana Siak.

Ruangan tengah istana terdapat ruang makan kerajaan. Meja utama dari kaca dikelilingi kursi dari kristal dengan dudukan dan sandaran berwarna merah muda. Lampu Kristal menambah cantik ruangan ini. Sebuah cermin unik bernama Cermin Ratu Agung milik permaisuri Sultan terpajang disini ini.

Berbagai koleksi warisan kerajaan bernilai sejarah tinggi tersimpan dengan rapi di Istana Siak. Semuanya masih terawat dengan baik. Tak heran, karena kekayaan nilai sejarah ini membuat Istana Siak selalu ramai dikunjungi.


Tak jauh dari Istana Siak, berdiri Masjid Syahabuddin. Ini adalah masjid tertua di Siak. Dibangun pada tahun 1896 oleh Sultan Siak XI. Masjid Syahabuddin berada di tepi Sungai Siak. Karena dibangun oleh Sultan, maka masjid ini juga dinamakan Masjid Sultan.

Masjid Syahabuddin. (foto: Zacky)
Masjid dengan arsitektur Timur Tengah dan Melayu nan indah ini, masih terus digunakan dan sangat terawat. Masjid telah beberapa kali mengalami perbaikan, tetapi tidak mengubah bentuk aslinya. Menurut Said Muzani, masjid bersejarah ini banyak dikunjungi bukan sekedar untuk beribadah. Masjid Syahabuddin telah menjadi cagar budaya sebagai tujuan wisata. 

Tepat disamping Masjid Syahabuddin, terdapat komplek pemakaman. Disinilah Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak XII) dimakamkan, beserta permaisuri pertama dan istri keempatnya.  

Bangunan peninggalan bersejarah lain berada tak jauh dari Masjid Syahabuddin, yaitu Balai Kerapatan Tinggi. Gedung dengan arsitektur khas Melayu dan unik ini didirikan oleh Sultan Siak XI pada tahun 1886. Seperti juga Masjid Sultan, bangunan berlantai dua ini menghadap ke arah sungai dan berada di pinggir Sungai Siak. Di lantai satu adalah kantor Sultan, dan lantai dua digunakan sebagai tempat pertemuan Sultan dan untuk sidang pengadilan suatu perkara.

Balai Kerapatan Tinggi. (foto: Zacky)
Bangunan Balai Kerapatan Tinggi terbilang unik. Memiliki tangga yang berbeda pada sisi kiri dan kanan gedung ini. Tangga di sisi kiri terbuat dari besi berbentuk spiral, sedangkan tangga di bagian kanan terbuat dari kayu.

Muzani menjelaskan, tangga-tangga tersebut berfungsi saat adanya sidang suatu perkara. Masyarakat dapat mengetahui hasil sidang dari tangga tersebut. Jika orang yang disidangkan turun ke lantai dasar melalui tangga besi, maka orang tersebut menang dalam perkara. Namun jika turun melalui tangga kayu, maka orang tersebut telah diputuskan kalah dalam perkara, dan langsung menuju ke penjara yang berada dekat tangga kayu tersebut. Saat ini Balai Kerapatan Tinggi dijadikan museum sejarah dan budaya Kabupaten Siak.

Istana Siak, Balai Kerapatan Tinggi, Masjid Syahabuddin dan pemakaman Sultan, semuanya diberada di tepi Sungai Siak yang membelah Kabupaten Siak. Sungai dengan kedalaman + 60 meter dan termasuk sungai terdalam di Indonesia ini, bermuara di kawasan timur Pulau Sumatera. Sungai Siak adalah salah satu jalur transportasi Sultan Siak jika menuju ke Selat Malaka dan ke Kota Pekanbaru. Kapal Api Kato yang dipakai Sultan, masih bisa ditemui di halaman samping Istana Siak.

Said Muzani mengatakan, Pemerintah Kabupaten Siak terus menjaga dan melestarikan kebudayaan Melayu. Salah satunya adalah menggelar Festival Siak Bermadah, setiap bulan Oktober, bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Kabupaten Siak.

Festival Siak Bermadah boleh dibilang adalah Festival Budaya Melayu. Berbagai kegiatan seni Melayu dilombakan pada acara ini.  Diantaranya lomba tari tradisional Melayu, tari kreasi Melayu,  lagu Melayu, berceloteh (bercerita lucu) Melayu, dan lomba adat perkawinan Melayu. Lomba ini diikuti seluruh kecamatan di Kabupaten Siak.

Pada festival ini, juga dipertunjukkan seni melayu serumpun. Perwakilan suku Melayu dari Malaysia, yaitu dari Pahang, Johor, Malaka, serta dari Brunei, dan Singapura, selalu mengikuti festival setiap tahunnya. Selain itu perwakilan suku Melayu dari Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat turut hadir memeriahkan Festival Siak Bermadah.

Berkunjunglah ke Siak, untuk melihat sejarah, kultur, seni dan budaya Melayu. Sejarah dan budaya Melayu sangat terjaga di Siak. Untuk menegaskan sebagai pusat peradaban dan kebudayaan Melayu, Pemerintah Kabupaten Siak menggaungkan slogan, Siak The Truly Malay. (zacky wahyudi fagih)

1 komentar: